Pacu Jalur adalah sejenis lomba dayung tradisional khas daerah Kabupaten Kuantan Singingi yang hingga sekarang masih ada dan berkembang di Propinsi Riau. Lomba dayung ini menggunakan perahu yang terbuat dari kayu gelondongan yang oleh masyarakat sekitar juga sering disebut jalur.
Perahu atau jalur, dahulu,
sering dimanfaatkan oleh
masyarakat setempat sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi
atau pun hasil hutan. Karena dahulunya sarana transportasi yang sering
digunakan oleh masyarakat adalah sungai yang dikenal dengan nama Sungai Batang
Kuantan. Kebiasaan menggunakan perahu inilah yang mungkin merupakan cikal bakal
kegiatan Pacu Jalur.
Kayu gelondongan ini sengaja diambil dari hutan yang ada di
wilayah Kuantan Singingi, bukan sembarang kayu yang bisa dipergunakan untuk
jalur ini, sebelumnya tukang jalur atau orang yang ahli dalam membuat jalur ini
pergi ke hutan untuk survey kayu, ada banyak kriteria kayu yang dijadikan
sebagai jalur terutama besar (diameter) dan panjang kayu itu sendiri, setelah
kayu ditemukan, kayu tersebut ditandai , setelah itu beberapa waktu kemudian
dilakukan penebangan terhadap kayu tersebut yang tentu saja ada ritual
tersendiri, ini filosifinya adalah menghormati dan minta izin kepada hutan
belantara untuk mengambil kayu yang cukup besar, disini dapat kita ambil
hikmahnya, menebang kayu sebatang saja nenek moyang kita pun masih banyak
mempertimbangkan dan memperhatikan ekologi hutan itu sendiri.
Upacara adat khas daerah Kuansing ini diselenggarakan setiap
satu tahun sekali untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya
pada tanggal 23—26 Agustus. Panjang perahu/jalur yang digunakan dalam lomba ini
berkisar antara 25—40 meter dengan jumlah atlet 40—60 orang tiap perahu.
Biasanya, festival ini diikuti oleh ratusan perahu dan melibatkan beribu-ribu
atlet dayung, serta dikunjungi oleh ratusan ribu penonton baik wisatawan
domestik maupun mancanegara. Konon, kegiatan lomba dayung ini merupakan warisan
budaya masyarakat Kuantan Singingi yang telah berlangsung sejak tahun 1900-an.
Pada zaman penjajahan Belanda, Pacu Jalur juga dimanfaatkan
oleh pemerintah Belanda untuk memeringati serta memeriahkan hari ulang tahun
ratu mereka yang bernama Ratu Wilhelmina. Namun, semenjak Indonesia merdeka,
Pacu Jalur berangsur-angsur dijadikan upacara khas untuk merayakan Hari Ulang
Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada awalnya, kegiatan Pacu Jalur hanya
diikuti oleh segelintir masyarakat di sekitar daerah Kuantan Singingi.
Namun, dalam perkembangannya, kegiatan ini banyak mendapat
perhatian dan simpati dari berbagai kawasan, terutama daerah-daerah kawasan
Riau dan sekitarnya serta mancanegara. Oleh karena itu, saat ini festival Pacu
Jalur tidak hanya milik masyarakat Kuantan Singingi saja, melainkan telah
menjadi pesta rakyat milik masyarakat Riau dan bahkan milik seluruh masyarakat
Indonesia, karena Pacu Jalur sudah dimasukkan kedalam agenda pariwisata
nasional yang rutin dilakukan tiap tahun. Kegiatan Pacu Jalur merupakan pesta
rakyat yang terbilang sangat meriah. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke
acara ini dapat menyaksikan kemeriahan festival yang merupakan hasil karya
masyarakat Kuantan Singingi ini.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Pacu Jalur
merupakan puncak dari seluruh kegiatan, segala upaya, dan segala keringat yang
mereka keluarkan untuk mencari penghidupan selama setahun. Pendeknya, Pacu
Jalur selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Masyarakat Kuantan Singingi dan
sekitarnya tumpah ruah menyaksikan acara yang ditunggu-tunggu ini. Karena
meriahnya acara ini, konon beredar cerita, bahwa sepasang suami istri harus
rela bercerai jika salah satu pasangannya dilarang mendatangi acara tersebut.
Selain sebagai event olahraga yang banyak menyedot perhatian
masyarakat, festival Pacu Jalur juga mempunyai daya tarik magis tersendiri.
Festival Pacu Jalur dalam wujudnya memang merupakan hasil budaya dan karya seni
khas yang merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin.
Namun, masyarakat sekitar sangat percaya bahwa yang banyak menentukan
kemenangan dalam perlombaan ini adalah olah batin dari pawang perahu atau dukun
perahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar